Tuesday, May 3, 2022

Cerita Pertama Kali Naik MRT Jakarta dan Nostalgia di Sarinah

Duo anak Jaksel coret ini akhirnya pergi nyobain MRT Jakarta. Cerita #Datewithdudu pergi ke tengah kota. Selama ini MRT cuma sekedar kereta lewat, pemandangan ketika menunggu lampu merah di perempatan RS Fatmawati. Sekarang kita berdua jadi penumpangnya. Gimana rasanya naik MRT Jakarta? 


Kita berdua naik dari Bundaran HI ke Lebak Bulus Grab. Harganya 14rb sekali jalan. Buat masuk keluar stasiun bisa pakai e-money dan sejenisnya. Bisa pakai apps juga tapi menyadari beberapa stasiun ada di underground yang sulit sinyal, sepertinya pakai kartu lebih aman. Jangan lupa scan Peduli Lindungi saat masuk stasiun, pakai masker dan menghindari berbicara di dalam kereta untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Keretanya ada setiap 10 menit di hari libur dan setiap 5 menit di hari kerja.


Akhirnya naik MRT berdua (kalo Panda dihitung jadi bertiga)

Keretanya nyaman dan bersih. Jadi senang naiknya. Bisa lihat Jakarta dari sudut pandang berbeda. Oh iya, MRT ini underground sampai Senayan lalu baru bisa liat pemandangan menjelang stasiun ASEAN. Yang jadi masalah kalau naik MRT adalah hujan. Karena kebanyakan dari pintu masuk dan keluar MRT belum tersambung dengan mall atau gedung, jadi bawa payung untuk jaga-jaga kalau disambut hujan deras di pintu keluar.

Sarinah terletak sekitar 10 menit jalan kaki dari exit Bundaran HI. Petunjuk exit di dalam MRT sebenarnya cukup jelas. Namun ada beberapa exit yang belum selesai seperti exit F di Lebak Bulus Grab yang seharusnya adalah Sky Bridge ke Poins Square. Atau exit C di Lebak Bulus Grab yang ternyata hanya bisa buat enter karena terdiri dari sebuah eskalator naik. Nggak sabar sampai semuanya selesai dan siapa tahu bisa sekeren stasiun ASEAN.



Perjalanan Lebak Bulus Grab - Bundaran HI sekitar 30 menit. Sejujurnya tidak terlalu berbeda dengan naik mobil pribadi kalau lancar. Kalau macet ya beda jauh hahahaha.

Jadi, gimana naik MRT, Du?
"Pertama kali seperti di Singapore, tapi setiap kali mendengar announcement di kereta, that illusion is shattered."


Nostalgia di Sarinah

Mampir ke Sarinah hari ini, agak sulit membayangkan Sarinah yang dulu sering saya kunjungi. Suasananya sudah berbeda dengan sinar matahari yang banyak masuk ke dalam gedung, eskalator yang sudah baru dan tenant yang sudah sangat berbeda. Karena mengusung konsep Indonesia, food and beverage di sana juga milik lokal. Mulai dari Bukanegara Coffee Shop hingga Mangkokku, Dewata, Honest Spoon, dan Gade (Coffee Shop milik Pegadaian).




"Du, inget pernah ke sini nggak?"
"Tidak ingat sih."
Tapi Dudu ingat pernah ke Starbucks Skyline di seberang dan nongkrong di sana. Pernah mampir ke Sarinah untuk ikutan Siaran bersama si Kecil dari Cosmopolitan FM, 8 tahun lalu. Atau sekedar meneruskan tradisi belajar cerita wayang dari koleksi wayang golek di department store-nya ke Dudu.

Ada apa di Sarinah baru?
Selain tenant makanan dan bagian luar gedung yang cocok buat foto-foto, ada beberapa historical part of the building yang bisa jadi tempat berhenti sejenak. Ada eskalator pertama di Indonesia, yang dipajang di antara eskalator baru di lantai 2 dan 3. Selain itu ada relief yang dulu tersembunyi dan sejarah Gedung Sarinah dari tahun ke tahun.




Meskipun Sarinah sudah punya gedung parkir, saya memilih parkir di Menara Cakrawala. Soalnya, ketika saya dan Dudu sampai di sana jam 11.30, parkirannya sudah penuh. Sementara Mall-nya baru buka jam 12 karena hari pertama Lebaran.

Berharapnya, waktu MRT phase 2 selesai, ada stasiun yang nyambung sama Sarinah, tenant-nya sudah buka semua. Jadi kita berdua bisa jalan-jalan lagi.



No comments:

Post a Comment

Thanks for stopping by. Please do leave your thoughts or questions, but we appreciate if you don't spam :)