Tuh kan percuma.
Eh tidak juga loh. Meskipun anak tidak ingat pernah pergi jalan-jalan, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari traveling sama anak.
Tiup lilinnya udah, ini lagi potong kue |
Yang pertama tentu saja BONDING.
Kapan lagi pergi berdua, jalan berdua dan menghabiskan waktu bersama-sama tanpa disela kegiatan lain? Saya kalau traveling memang hanya berdua Dudu dengan gaya backpacking. Mulai dari road trip ketika dia kecil, di mana dia duduk di carseat, hingga saat dia lebih besar sedikit kita keliling naik kendaraan umum atau ikutan open trip. Perjalanan jadi seru karena ada temannya, dan kalau anak tidak ingat kan tinggal ditunjukkan foto-fotonya ketika dia sudah lebih besar.Dudu selalu appreciate kalau melihat banyak foto saya dan dia traveling berdua. Tidak perlu mengingat perjalanannya untuk berbagi memori bersama. Begitu anak sudah lebih besar, saya bisa cerita banyak soal trip kita. Atau ya dia bisa baca sendiri juga di blog ini. Hahaha.
Lalu anak juga jadi lebih mandiri.
Kok bisa? Soalnya kan kalau hanya pergi berdua tentunya makan tidak disuapin dan kesempatan eksplorasi ada banyak. Saat Dudu balita, saya sering road trip dan membiarkan Dudu mencoba makanan baru, jalan-jalan keliling eksplorasi daerah baru, dan kenalan dengan orang dari berbagai penjuru dunia.Di tempat tujuan ya biarkan dia pesan makanan sendiri, belanja di supermarket sendiri atau keliling kota sendiri. Saya pernah business trip ke Bangkok dengan membawa Dudu. Lumayan kan kamar hotel bisa shared lalu bisa extend juga. Pas saya berkegiatan, Dudu ke mall sendiri naik MRT dan kembali ke hotel di sore hari. Lalu pernah juga saya menginap di hostel dengan kamar mandi luar. Kebetulan lantai perempuan dan laki-laki terpisah dan Dudu harus turun satu lantai untuk ke kamar mandi dan membawa kunci elektronik untuk kembali ke lantai tempat kita menginap. Meskipun saya sempat was-was tapi ternyata sukses juga dia mandiri.
Anak yang lebih besar bisa bantu planning liburan, jadi mereka juga merasa punya andil dan punya suara dari perjalanan berdua ini. Anak jadi terbiasa beropini dan kita belajar mendengarkan anak. Ketika sudah lebih besar, dan tentunya lebih ingat banyak hal, saya memodifikasi itinerary untuk mengakomodasi keinginan Dudu. Seperti waktu pergi ke Korea di musim dingin hanya karena Dudu ingin melihat salju, atau menyempatkan diri ikut cooking class di Bangkok.
Hasil masakan kita berdua |
Traveling juga bisa mengajarkan tanggung jawab pada anak.
Contohnya dengan memberikan koper untuk diisi bajunya sendiri. Lalu koper itu juga dia yang bawa sendiri. Dudu selalu packing sendiri. Dia biasanya akan bertanya berapa hari perginya, perlu bawa apa dan berapa banyak. Misalnya pergi 7 hari ke Korea. Karena winter mungkin kita tidak perlu bawa terlalu banyak baju tidur, dan lebih banyak jaket. Ketika di hotel juga begitu. Baju kotor, handuk yang harus dijemur dan menjaga kamar hotel tetap rapi bisa jadi latihan tanggung jawab si anak.Balik lagi soal tiup lilin di taman. Mungkin hanya saya yang tahu istimewanya moment yang jadi salah satu bucket list traveling saya. Dudu yang ulang tahunnya pas Bastille Day ini bisa tiup lilin di depan Menara Eiffel. Keren kan?
Tapi, pas saya cerita dengan bangga begini, Dudu-nya cuma angkat bahu. Haha.
Wah seneng banget Ruth bisa punya kesempatan jalan-jalan bareng anak ke tempat-tempat seru kaya gini. Menurut saya, walau Dudu nggak ingat detailnya, saya sih percaya hal-hal membahagiakan seperti ini yang membuat otak anak-anak berkembang dengan optimal di usia dini mereka. Mungkin detail ceritanya bisa disimpan Mama di blog aja, biar suatu saat nanti Dudu bisa baca-baca lagi pengalaman serunya.
ReplyDelete