Thursday, June 6, 2024

Petualangan Akhir Pekan Bersama Buku dan Bazaar di Singapura

Setelah sekian lama hanya travelling di Indonesia, akhirnya saya kembali mengunjungi negara tetangga. Ini trip perdana saya menggunakan auto-gate e-passport. Biasanya harus mengantri di imigrasi, sekarang mengantri di depan mesin. Mengurangi interaksi dengan manusia, tapi ya itu, paspor saya jadi tidak ada capnya. Dibilang lebih cepat juga tidak begitu berbeda karena penerbangan saya ada di jam pagi, dan masih banyak yang kagok menggunakan auto-gate ini. Termasuk saya. 

Terminal 2 setelah sekian lama. Kali ini traveling sama Panda.

Sekian lama tidak terbang, kesan yang dirasakan masih sama. Antusiasme mau ke luar negeri dan perasaan lega sudah meninggalkan Indonesia. Meskipun secara fisik masih ada di gate untuk boarding. Kalau main game, seperti mau memulai petualangan di welcome screen tapi belum klik start. 

Bandara negara tetangga favorit saya itu tidak banyak berbeda. Lagi-lagi ini perdana saya menggunakan auto-gate. Tanpa antri juga. Prosesnya cepat dan kurang dari 15 menit, saya sudah menunggu bagasi, siap berpetualang di Singapura.


Perjalanan kali ini sebenarnya setengah bisnis trip, soalnya mendadak saya jadi infal Lebaran. Jaga keponakan ketika adik saya ikut bazaar. Bukan cuma jalan-jalan tetapi ada kerjaan. Jadi, selepas dari ambil bagasi, saya langsung menuju Suntec Convention untuk ikutan Public Garden. 



Sekilas, bazaar ini seperti Semasa di Jakarta. Namun kalau dilihat satu per satu, tenant yang ada berasal dari seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur. Ada independent brand dari Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Hongkong. Pengunjungnya jangan ditanya, penuh sekali sampai jalan saja sulit. Produk yang dijual juga kebanyakan handmade atau custom made. Saya menemukan Bichi Mao, karakter kucing asal Malaysia di sana dan akhirnya berkesempatan beli merchandisenya. Yang jelas, acara ini seru! 

Excitement bazaar ini memberikan perspektif baru akan Singapura, yang selama ini identik dengan shopping dan Kopi O Kosong di Hawker. Keseruan ikut bazaar sudah terbayang dari bandara. 

Bookstore Adventure

Tidak hanya berhenti di situ, petualangan saya di Singapura kali ini membawa cerita tentang buku. Bukan sekedar bookstore tapi toko buku lokal yang membawa cerita penulis asal Singapura. Bertahun-tahun lalu, ketika adik saya ikut bazaar di National Library, saya berkeliling ke tenant lainnya menjelang tutup. Saat itu keponakan tercinta belum lahir, dan bazaar yang diikuti juga tidak sebesar Public Garden. Karena ada di National Library, tentunya ada stand buku. Saya membeli satu buku kumpulan cerpen karya Alfian Sa’at berjudul Corridor. 




BookBar di Duxton Hill membawa koleksi buku lokal dan internasional.

Fast forward ke 2024, saya berkeliling Duxton Hill dan Tanjong Pagar untuk mampir ke toko buku lokal. Turun di MRT Maxwell, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 3 menit. Hasilnya, saya menemukan buku kumpulan flash fiction karya Justin Ker dan Singapore's Best Short Stories. Saya yang sedang mencari inspirasi untuk tulisan fiksi di event Instagram yang saya ikuti. Di BookBar, toko buku pertama yang saya datangi, pemiliknya mengajak ngobrol dengan ramah dan ternyata paham tentang Indonesia karena pernah ke Jakarta untuk pembangunan Sampoerna Strategic Square. Wow! 

Dari neighborhood bookstore di Duxton Hill, saya mampir ke Epigram Coffee Bookshop di Singapore Art Museum @ Tanjong Pagar Distripark. Bookshop ini bisa diakses naik bus nomor 80. Naik di halte Bef Craig Rd lalu turun di halte Opp Former Railway Stn. Lokasi Bookshop-nya tersembunyi, dan pintunya mudah terlewati jika tidak jeli. Epigram adalah publisher buku lokal, sehingga banyak buku-buku menarik di sana. Walau sebagian besar bukunya sama dengan yang ada di BookBar. Satu bookshop lagi yang ingin saya datangi (Littered with Books) sedang stock opname, sementara yang lainnya lebih banyak menjual buku berbahasa Mandarin (Grassroots Book Room)

Ya, dari dulu, saya dan Dudu memang suka berburu buku di Singapura

 naik di halte Bef Craig Rd

Lokasi bookshop ada di dalam museum ini, yang gedungnya dari luar terlihat seperti komplek pergudangan


Buku-buku yang saya beli membuat waktu saya menunggu boarding pesawat pulang di Changi Airport jadi berbeda juga. Saya paling enggan kembali ke Indonesia dan biasanya merasa berat ketika harus pulang. Dari kecil biasanya saya nangis di airport karena terpaksa harus kembali ke tanah air. Tetapi kali ini, rasanya saya lebih ikhlas. 

Bandara adalah tempat yang unik. Ada pertemuan, perpisahan dan ada banyak juga yang piknik. Orang-orang yang tidak menunggu siapapun, namun duduk di ruangan berAC, sementara anak-anaknya berlarian di koridor Terminal 2 yang lumayan lowong. Orang-orang ini, yang menjadikan bandara sebagai tempat wisata, masih ada. 

Mendarat di Indonesia sendirian, pulang naik kereta bandara ke tengah kota membuat saya menyadari bahwa bepergian sendiri ini ternyata menyenangkan juga. Mungkin next time bisa dilakukan lagi. 

Grassroots Book Room di Bukit Pasoh

Singapore Local Bookstore List:

  • BookBar, 57 Duxton Rd, Singapore 089521 (MRT: Maxwell)
  • Epigram Coffee Bookshop, Singapore Art Museum @ Tanjong Pagar Distripark, 39 Keppel Road, #01-02, Singapore 089065 (MRT: Maxwell / Outram Park)
  • Littered with Books, 20 Duxton Rd, Singapore 089486 (MRT: Maxwell)
  • Grassroots Book Room, 25 Bukit Pasoh Rd, Singapore 089839 (MRT: Outram Park)

No comments:

Post a Comment

Thanks for stopping by. Please do leave your thoughts or questions, but we appreciate if you don't spam :)