Showing posts with label Coffee Shop. Show all posts
Showing posts with label Coffee Shop. Show all posts

Friday, May 9, 2025

Cerita Sebuah Rumah Mewah di Selatan Jakarta

Konsep Work From Cafe (WFC) yang jadi populer sejak COVID ini memberikan alternatif bagi mereka yang bosan dengan suasana monoton. Pergantian atmosfer kerja ini penting buat saya, karena dapat memicu kreativitas, mengurangi stres, dan memberikan perspektif baru. Bahkan mood menulis juga dipengaruhi oleh suasana yang ada.

Salah satu tempat yang akhir-akhir ini sering saya kunjungi adalah cafe yang sebenarnya adalah rumah. Keduanya saya tahu dari teman, namun ketagihan datang, sehingga saya kembali lagi untuk beberapa kesempatan berikutnya. Dua rumah ini hadir dengan keunikannya masing-masing. Jadi, tergantung apa yang ingin dicapai, mood seperti apa yang ingin dibangun, dua tempat ini bisa jadi pilihan WFC berikutnya.


Saya sering bercanda bahwa untuk jadi orang kaya, kita harus manifestasi dulu. Makanya saya suka kerja di rumah ini. Manifestasi sendiri maksudnya mengubah pikiran dan keyakinan menjadi kenyataan melalui fokus, afirmasi, dan visualisasi positif. Untuk itu harus ada yang terlihat: rumah mewah di Andara.

Saat memasuki gerbang The Manor Andara, kesan pertama yang menyambut adalah kemegahan dan ketenangan yang berbeda dari hiruk pikuk jalanan di luar. Kalau masuk dengan berjalan kaki mungkin lebih dramatis karena ada suara gemericik air dari air mancur di dekat gerbang utama. Apalagi kalau jalan kaki langsung berbelok menyeberangi taman.

Konon, awalnya tempat ini dikenal sebagai wedding venue. Ya, kalau melihat wujudnya sih tidak heran. Mengusung konsep bangunan seperti rumah besar bergaya Eropa klasik, dengan pilar-pilar megah dan taman yang asri. Ada beberapa bangunan di sana, selain rumah utama yang mengingatkan saya pada film Crazy Rich Asian itu. Salah satunya ternyata cafe. Suasana di The Manor Cafe terasa tenang dan elegan, dengan pilihan area indoor dan outdoor. Terutama di weekdays, karena sepi, jadi serasa rumah milik sendiri. Meskipun ada area outdoor, yang pemandangannya langsung ke air mancur dan taman yang luas, saya lebih suka ada di indoor. Soalnya, cuaca di Andara itu panas.

The Manor Cafe menawarkan beragam pilihan menu, mulai dari appetizer, main course, hingga dessert. Harganya cukup menguras kantong, namun untuk beberapa menu, terutama menu Indonesia, porsinya sebanding dengan apa yang dibayarkan. Yang paling saya suka dari menu di The Manor adalah “Indonesian Platter” yang isinya pisang goreng, singkong goreng dan bakwan goreng. Biasanya kalau datang, saya lebih suka sudah makan siang kenyang di luar lalu sibuk ngemil dan ngopi di sini sampai matahari terbenam.


Namun, jika memutuskan untuk makan siang atau makan malam di sana, saya akan memilih Nasi Goreng Kampung. Selain dapat ayam, menu ini juga dilengkapi dengan sate, telur mata sapi dan kerupuk. Sebenarnya, pastanya juga enak sih. Tapi untuk yang terbiasa makan nasi, porsinya termasuk kecil dan pasti tidak kenyang.

Beberapa hal yang perlu disiapkan kalau WFC di sini adalah:
  • Colokan yang lumayan jarang. Tidak semua meja punya colokan, hanya beberapa yang berada di sisi jendela yang menghadap ke taman. Namun, karena The Manor Cafe ini biasanya sepi, saya tidak pernah kesulitan mendapatkan tempat duduk idaman.
  • WCnya jauh. Kalau hujan, kita harus pakai payung untuk ke WC yang letaknya dekat kolam renang.
  • Bisa grounding di taman kalau stress. Tapi, hati-hati dengan nyamuk ya.
  • Parkirannya luas, hanya saja, kalau ada event, kita bisa tidak kebagian parkir.
Ketika menulis postingan ini, saya sudah tiga kali ke The Manor Andara & The Manor Cafe. Ketiganya memiliki pengalaman yang berbeda.

Pertama kali ke sana, saya datang sore hari, bertemu teman dan hanya mencoba kopi serta pastry. Selain meja kami, ada dua sampai tiga meja lain yang terisi. Kedua kalinya saya ke sana, meja saya adalah satu-satunya yang terisi. Kami sering melihat beberapa orang datang untuk melihat venue dan memesan kopi untuk takeaway, tapi tidak ada yang stay dan duduk di meja. Kami datang di siang hari dan stay sampai Cafe-nya tutup.


Kunjungan ketiga adalah yang paling ramai. Soalnya ada event di salah satu bangunan yang ada di sana. Untungnya, karena datang cukup pagi, saya masih kebagian colokan. Tapi, ya jadi tahu kalau ramai itu ternyata jadi distracted karena saya sibuk people watching. Para selebgram yang bikin konten, bolak-balik ganti baju. Lalu, ada EO yang sibuk meeting di meja sebelah, atau sekedar mangkal membereskan report setelah event selesai.

The Manor Andara & The Manor Cafe dapat dicapai dengan kendaraan umum, baik dari arah Andara maupun dari arah Pangkalan Jati. Jika membawa kendaraan pribadi, perhatikan plang “The Manor” dari pinggir jalan. Pintu masuk ke rumah mewah ini ada di samping gerbang besar, yang terlihat dikunci. Jika berhenti di pinggir jalan, siap-siap berjalan kaki sekitar 5-10 menit untuk masuk ke rumah dan mencapai cafe. Iya, rumahnya memang sebesar itu.

Our Date is At:
The Manor Andara & The Manor Cafe
Jl. Ibnu Armah No.8, Pangkalan Jati Baru, Kec. Cinere, Kota Depok, Jawa Barat 16513



Sunday, February 23, 2025

Roemah 36A Kopi dan Tanaman: Hidden Gem Jaksel

Bayangkan sebuah kafe yang menyatu dengan rumah dan taman. Itulah yang saya temukan di Roemah 36A Kopi dan Tanaman. Cerita ini bermula dari pertanyaan sederhana: “Mau WFC di mana?” Awalnya, saya penasaran, apa sih yang spesial dari tempat ini?


“Tau dari mana ada tempat ini?”
Saya, si tim nearby belum menemukan cafe rumahan ini karena tidak pernah buka maps di sekitaran RS. Fatmawati. Padahal hampir setiap hari lewat sana.
“Jadi, gue kalo naik ojek pulang suka lewat sini. Terus liat, apa tuh kayaknya lucu.”
Pantesan jalanannya bukan yang umum dilewati mobil.

Gimana ini maksudnya kopi dan tanaman?


Bio Instagram-nya yang mencantumkan “A coffee shop that can be your second home,” sepertinya serius. Soalnya, datang ke Roemah 36A Kopi dan Tanaman seperti mampir ke rumah teman. Ada kopi, dan ada puluhan pot tanaman di taman belakang. Dari pintu masuk, kita dihadapkan dengan meja kasir, etalase pastry and bungkus kopi yang ditempel di dinding. Ada papan pengumuman yang banyak post-it-nya. Pesan dulu.

Pesan apa?


Yang jelas Kopi. Americano ice di hari yang panas. Lalu Pempek. Jujur, pertama skeptis melihat apakah pempek yang disajikan di Roemah 36A Kopi dan Tanaman ini bisa enak. Soalnya, kalau bicara pempek saya ini lumayan pemilih. Tapi ternyata Pempek datang melebihi ekspektasi. Pempek Kapal Selam gendut, dengan cuka yang sesuai harapan, yaitu yang tidak terlalu manis. Jadi, begitu saya datang lagi ke sini, saya pesan Pempek lagi.

Namun, saya salah. Yang paling menyegarkan di sini bukan Ice Americano, tapi Soda Lemon Espresso. Minuman dingin yang satu ini wajib dicoba.


Ada makan berat juga, yang meski terlihat sederhana di menunya, rasanya enak. Ada Mie Goreng, Mie Godog, Nasi Goreng, Magelangan,Tongseng, hingga rice bowl Dori Sambal Matah. Di sudut belakang Roemah 36A Kopi dan Tanaman, di antara jajaran tanaman hijau, mata saya tertuju pada sebuah gerobak. Kalau scrolling Instagramnya, sebelum cafe renovasi, gerobak ini ada di depan. Ternyata, gerobak itu adalah dapur tempat semua hidangan dimasak. Persis seperti menikmati nasi goreng dari abang-abang gerobak langganan. Saat nasi gorengnya tiba di meja, rasanya pun tak jauh berbeda, otentik dan menggugah selera. Disajikan dengan porsi lumayan besar, bersama kerupuk, saya cuma sanggup menghabiskan setengahnya.

Oh iya, selain Pempek, Roemah 36A Kopi dan Tanaman juga punya sederetan makanan ringan termasuk risoles dan batagor. Mungkin next time bisa dicoba.

Saturday, January 18, 2025

Cake and Coffee at Bleecker Street, New York

Bleecker Street adalah jalan iconic di kawasan Greenwich Village, New York City. Jalan ini terkenal dengan perpaduan unik antara toko, restoran, bar, dan kafe. Bleecker Street juga menjadi rumah bagi beberapa tempat pertunjukan musik dan klub komedi. Sempatkan menyusuri jalanan ini untuk window shopping, yang benar-benar hanya menikmati pemandangan etalase toko, baik di siang maupun sore hari.

Kami ke Bleecker Street naik NYC Metro nomor 1, turun di stasiun Christopher St-Stonewall. Stasiun Metro ini baru ganti nama, jadi ketika memperhatikan tulisan yang bagian dalam, Anda akan membaca “Christopher St-Sheridan Sq.” Jangan khawatir, ini adalah stasiun yang sama. Dari situ, berjalan ke arah barat, menjauhi monumen, menyusuri Christopher St. Dalam satu blok, Bleecker St. sudah terlihat.

The story of Magnolia Bakery

Dibuka pada tahun 1996, Magnolia Bakery terletak di sudut Bleecker Street dan W11th Street, New York. Pada awalnya, Toko roti ini merupakan neighborhood bakery dengan Red Velvet Cupcake. Namun, bukan itu tujuan kami ke sana.

Saat ini ada Banana Pudding yang lebih populer.

Lokasi toko roti perdananya, yang kami kunjungi di pengkolan Bleecker Street, hanya berupa toko roti kuno tanpa ada tempat duduk atau tempat menunggu yang luas. Tempatnya juga kecil membuat antriannya mengular sampai ke ujung blok saat jam sibuk. Setidaknya, begitulah yang mereka ceritakan di website. Untungnya, sekarang mereka sudah punya banyak cabang. Sehingga ketika kami berkunjung di waktu menjelang matahari terbenam, kami hanya menemukan dua orang di depan kasir.

Banana Pudding sesuai dengan namanya. Rasanya tidak manis tetapi lebih lembut, dan menurut saya, pudding ini sangat cocok disantap bersama kopi hitam. Pudding dan kopi? Well, meskipun namanya Banana Pudding, tapi dessert ini berupa custard dengan rasa vanila dan potongan pisang. Bukan pudding jelly atau agar-agar yang dicampur susu seperti yang ada dalam bayangan saya. Situs web Magnolia Bakery menggambarkannya sebagai "lapisan puding vanila lembut dengan wafer vanila dan pisang segar."

Monday, April 18, 2022

Satu Jam Menyepi, Siang Hari di Toko Kopi Maru

“Coffee atau Non-Coffee?”
Tadinya mau pesan Americano atau black coffee standard, tapi saya keburu ke-distract sama tulisan Brazil di toples pilihan jenis kopi. Lalu ada beberapa alat manual brew juga di sana. Jadi pilihan saya jatuh pada kopi Brazil dengan V6. Panas. Soalnya mau mencoba rasa kopinya.


 

Perjalanan ke Kopi Maru ini sedikit impulsive, soalnya saat itu saya sedang duduk manis makan roti bakar di coffee shop lain di daerah Juanda. Sambil menunggu teman janjian makan siang selesai Misa Paskah. Niatnya journaling, tapi kok moodnya berantakan. Lalu saya ingat, ada satu teman yang pernah mengajak saya ke Kopi Maru. Masalahnya kalau dilihat di google, tempat kopi ini tutupnya pas maghrib. Plus tidak ada parkir mobilnya. Teman saya kalau ke sana pakai sepeda. Lah saya bagaimana?

Jadi, sambil bengong-bengong dilemma di cafe pertama, saya memutuskan untuk mencoba jalan kaki ke Kopi Maru. Toh, mobil sudah terlanjur parkir di depan ruko sekitaran situ dan bulan puasa siang-siang seharusnya daerah Pintu Air lumayan sepi. Kalau dari arah Stasiun Juanda, belok di setelah deretan ruko Raffles Square, masuk ke arah Passer Baroe. Dari situ saya berjalan kaki mengikuti maps, lalu melewati Restoran Hakka dan belok ke kiri. Tapi bukan ke gang. Pertamanya nyasar masuk ke gang, karena saya pikir Toko Kopi Maru ini ada di gang kecil di Jl. Pintu Air II, ternyata bukan.

Tetap jalan sampai bertemu tempat Bimbel dan plang penjahit baju. Meskipun bagian depannya tampak seperti ruko, bagian dalamnya adalah rumah penduduk. Nah, di rumah paling ujung itulah ada Toko Kopi Maru.


Istilah kekiniannya, “hidden gem”. Meskipun sebenarnya muat masuk mobil ke sana, tapi saya akan lebih memilih parkir mobil di sekitar situ lalu berjalan kaki ke dalam. Ada dua bagian, di luar rumah dan di dalam rumah. Di dalam rumah hanya ada 2 meja yang bisa untuk 6 orang. Di luar jauh lebih luas tapi panas kalau siang hari. Kebanyakan orang duduk di luar karena smoking area juga. Saya sih duduk manis di dalam dan mencoba lagi peruntungan journaling.

Kopinya enak, yang saya pesan harganya 35k. Toko Kopi Maru juga menjual biji kopi seharga 100k-120k per bungkusnya. Maybe next time ke sana, kalau pas stock kopi di rumah habis, mau mencoba beli.

Sayangnya, saya nggak bisa stay lama karena teman janjian sudah selesai Misa dan mengirimkan pesan sedang on the way menuju tempat makan. Oh well, sekarang sudah tahu tempatnya, sudah tahu jam sepinya, jadi bisa mampir kalau ingin mencari kesunyian di siang hari. Next time harus inget untuk pesan singkong gorengnya juga.

Toko Kopi Maru
33, Jl. Pintu Air Raya No.33, RT.13/RW.8, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710

Sunday, April 10, 2022

Random Stop to Smell the Coffee

Cafe hopping. Hal yang dulu saya lakukan sama Dudu, sekarang lebih banyak dilakukan sendirian, plus lebih untuk tujuan kerja dibandingan hangout atau ngeblog. Menemukan coffee shop ketika meng-klik tombol 'nearby' di Google Maps, ini list tempat ngopi saya beberapa bulan terakhir:



Tanatap Meruya
Jl. Jalur 20 No.Blok 30/19, RT.8/RW.10, Meruya Utara, Kec. Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11620
Order: Ice Black Coffee (33k), Croissant (lupa harganya)

Setelah beberapa kali merencanakan ke Tanatap Ampera, saya malah mampir ke Tanatap Meruya, ketika melihat ada juga cabangnya di daerah sana. Tempatnya lumayan masuk ke dalam komplek perumahan dan kalau bukan anak Jakbar kayaknya akan sedikit bingung sampai ke sini. Parkirannya kecil, sekitar 5-6 mobil, dan bersusun. Jadi kalau pas kebagian parkir di belakang mobil lain, siap-siap dipanggil tukang pakirnya. Tapi tempatnya unik. Tipikal café dan kedai kopi kekinian. Banyak yang datang untuk foto-foto. Coffee dan croissant-nya standar. Mungkin karena hari Sabtu, tapi pas mampir ke sini suasananya sedang lumayan rame. Tetep pengen mencoba mampir ke yang Ampera.




Clean Slate Petite
Ruko South Solvang Square, Jl. Mission Drive Jl. Boulevard Raya Gading Serpong No.11, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten 15810
Order: Black Coffee (30k), Bitterballen (35k), Strawberry Waffle (45k)

Lokasinya bukan tempat yang popular, karena ada di deretan ruko lumayan sepi di antara Gading Serpong dan Karawaci. Ruko Solvang, Namanya mengingatkan saya akan kota kecil di deket Los Angeles yang pernah saya datangi saat road trip Bersama Dudu. Clean Slate ini ternyata ada 2 lokasi, dan yang satunya ada di jalan utama Gading Serpong.

Karena sepi, parkirannya enak. Ruko-ruko sebelahnya masih kosong, jadi bebas parkir di mana saja. Ada parkiran sepeda juga, jadi mungkin kalau pagi banyak yang sepedaan ke daerah sini. Kopinya standard, tapi Strawberry Waffle-nya enak banget. Bitterballennya lumayan buat snacking, tapi kayaknya kalau ke sini lagi saya akan memesan waffle rasa lainnya. Yang jelas, nyaman buat kerja dan hangout bareng sahabat terdekat.




Malar Coffee
Jl. Tebet Barat IV No.11, RW.4, Tebet Bar., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12810
Order: Black Coffee (30k)

Dari luar, coffee shopnya terlihat minimalis dengan warna putih. Begitu masuk tempatnya langsung terasa nyaman dan terlihat beberapa orang bekerja dengan laptop di sana. Coffee Shop ini tidak sendirian, karena di bagian belakangnya ada beberapa restoran lain seperti Steggo, dan services seperti Beauty Bar. Favorit saya tentu saja kacanya yang besar-besar yang membuat restoran ini terang benderang di siang hari. Kopinya bukan sesuatu yang berkesan buat saya, tapi duduk di dekat jendela besar membuat kopi jadi lebih nikmat.

Tempat parkirnya lumayan sempit, hanya muat 3-4 mobil. Tapi kalau untuk lokasi di Tebet, sebenarnya ini sudah termasuk besar. Menemukan Coffee Shop ini secara tidak sengaja ketika sedang mencari makan siang di Tebet. Sepertinya sih akan mampir ke sini lagi kalau main ke daerah sana.




OL Pops Coffee Bintaro Veteran
Jl. RC. Veteran Raya No.10, Bintaro, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330
Order: French Press Congo Civu (29k)

Menemukan coffee shop ini secara tidak sengaja karena numpang parkir pas makan di Tengkleng Pak Manto di daerah Veteran, Bintaro. Suasananya juara. Ada bagian outdoor yang menyenangkan dan romantis. Instagramable juga buat yang suka foto-foto. Karena tertarik dengan jenis biji kopi yang disajikan, saya jadi memesan Manual Brew French Press ketimbang Black Coffee atau Americano yang biasa. Dan karena biji kopinya ternyata Arabica semua, saya memilih yang belum pernah saya coba: Congo Civu. Ternyata kopinya lumayan light dan ada aftertaste yang sedikit unexpected pas pertama diminum. Tapi sejujurnya not bad.

Café ini juga punya makanan berat, yang next time pengen dicoba kalau pas mampir tanpa makan Tengkleng dulu. Parkirannya luas, bisa sampai 10 mobil, dan parkiran motor juga terletak di bagian dalam.

Wednesday, May 19, 2021

C for Cupcakes & Coffee

Setelah sekian lama, akhirnya kami berdua nge-date di luar rumah juga. Menghabiskan sore hari di C For Cupcakes and Coffee di Muara Karang, struggling to finish super cute (and super sweet) drinks. “Telalu lucu sampai tidak tega makannya.”


Sejak pandemi, Dudu jarang mau ke luar rumah. Saya juga tidak berani terlalu sering jalan-jalan. Takut pergi ke tempat jauh, takut keramaian dan akibatnya jadi sulit mau #datewithdudu. Dudu yang sudah ABG juga lebih memilih main game sambil ngobrol lewat discord sama teman-temannya dibandingkan nge-date sama Mama-nya. Duh, sedih. Tapi memang kami berdua ini beda banget. Dudu anak rumahan sementara saya tukang jalan-jalan.

Untungnya pas liburan panjang Idul FItri kemarin, kami berdua menemukan kesepakatan untuk pergi ngopi-ngopi. Karena perginya juga bersama anggota keluarga lainnya, kami mendarat di C for Cupcakes and Coffee yang berlokasi di Muara Karang. Karena sepi, jadi berani masuk dan menghabiskan sore bersama.




Café ini terletak di ruko, ada di sebelah kiri jalan kalau dari Muara Karang mau ke arah Pluit. Kalau sedang ramai, parkirnya sulit dan harus di pinggir jalan. Namun karena pandemic dan liburan Idul Fitri, kami bisa parkir di depan ruko sebelahnya yang tutup. Kesan pertama, café-nya lucu. Di pintu sudah disambut tanaman-tanaman hijau dan spot instagramable. Ketika masuk ada kesan sempit, namun ternyata dalamnya cukup luas. Bahkan ada ayunan di samping kiri yang lagi-lagi jadi instagramable spot untuk foto-foto.

Sistemnya bayar langsung di kasir dan pesanan akan diantarkan ke meja. Karena daerah tempat kasir lumayan terbatas, saya dan Dudu jadi sempat foto-foto dulu sambil mengantri haha.

Sudah lama nggak foto berdua, pas ada tempat instagramable

Wednesday, April 3, 2019

Astori Coffee Antasari

"I don’t need a motivational quote, I need coffee." 
Ada tulisan begitu di salah satu kaca Astori Coffee. Saya setuju!

Coffee shop yang nyempil di sudut belakang pom bensin Pertamina Jl. Pangeran Antasari ini jadi tempat saya dan Dudu belajar aksara Jawa weekend kemarin. Semuanya tentang coffee shop ini di luar ekspektasi. 



Pertama parkirannya luas. Kan coffee shop di pom bensin ya, jadi saya pikir akan sulit untuk bawa dan parkir mobil di sana. Ternyata ada sekitar 5 slot kosong untuk mobil. Lokasinya ada di sebelah kiri jalan kalau dari arah Kemang. Setelah pertigaan Brawijaya Children & Women Hospital, ada pom bensin Pertamina. Belok dan langsung ke bangunan yang ada di bagian belakangnya. Ada restoran ramen dan barbershop juga di sana.

Monday, October 15, 2018

The Sanderson Coffee Rawamangun

It’s a piece of London, hidden on Balai Pustaka Street, Rawamangun, East Jakarta. Decorated with bright red telephone booth, shadow of Sherlock Holmes and the Palace Guards paintings, The Sanderson Coffee is as interesting as our journey there.



East Jakarta is way beyond our regular date destinations, and we don’t expect a coffee shop with a concept to be present in that part of Jakarta. It’s a one-day public holiday in the middle of the week, and we want to step out of Kelapa Gading, which is currently a huge mess due to construction. We don’t want to drive too far though. We turned to Google and The Sanderson Coffee showed up first for “coffee shop in Rawamangun” keyword. Google’s recommendation of Sanderson Coffee comes with a silhouette of Sherlock Holmes on the picture. We’re sold right away. Why not? London sounds good for a change of atmosphere. Still, it’s a stranger land and we let GPS leads our drive through Pemuda street, turning right to Sunan Giri street through schools, mosques and a market before finally finding the coffee shop on the intersection between Balai Pustaka and Sunan Giri Streets.

Sunday, May 20, 2018

Coffee Shops in Kelapa Gading: An Investigation

“You live in Kelapa Gading? Wow, you’ll never go hungry.”

We looked at each other real quick and realized that even though Kelapa Gading has been the place we go home to for the past 6 years, we had never really give the place much of a thought. It’s convenient of course, but we’re Southerners by heart, which means we would know more about Pondok Indah Mall than Mall of Indonesia. 



The mall has been our comfort zone for food, coffee and grocery shopping. But the franchise cafés are getting too crowded with families, moms gathering and nannies with the strollers. So we dared ourselves to check what’s outside the doors. Turned out we’ve been missing out some good stuffs. A pity that is, because we spent most of our time on the North side of the city, where tasty food is plenty and homey café are flourishing. So one public holiday weekend, we decided to go down to the Mall of Indonesia’s vicinity and check out what’s available for our date: blogging and homework that is.

Here are three of our findings: TOF Sicacilla, Coffeegasm and Kahvenin, located just right outside the Lobby 8 door.

Saturday, May 16, 2015

Traffique Coffee

An unnamed building at Hang Tuah street, a stone throw away from Senayan area is Traffique. A coffee shop slash working space slash hangout spot. My first visit here was with an event. Then I came here with Dudu and his homework.


The decoration is nice and homey, we liked it right when we opened the door. Parking is a little problem though, but if you come on Sunday afternoon after lunchtime, then there would be spots open. They have wide variety of cakes, desserts and drinks. The gelato was attractive but we just arrived from a huge lunch so there was no more space.

On our menu:

  • Americano
  • Butter Croissant
  • Banana Bread
We got a spot on the corner by the listening bar. It was quiet and when the rain falls, we can see it through the glass window. There’s a small garden (really small) but was nice if you’re sitting by the patio. The coffee was great and the banana bread was heavenly. Andrew finished his Butter Croissant in no time. Needless to say, as a working space, the wi-fi was smooth.




Curiosity sparked and Andrew got the people behind the counter explained to him about the tall brewing machine. In the afternoon, as we’re about to leave, he got to watch the machine got filled up even though it would take a long time until the coffee comes out at the bottom jar. After finishing his homework, Andrew got to try different earphones, watching movies on gadget while I’m working on my laptop.

Andrew says: “I like the place, it was perfect for doing homework. The croissant is quite good too. I like the coffee machine, it was interesting, but the uncle on the counter said it would take at least a day to finish brewing. I was sad I couldn't see the end result.”



Traffique
Jalan Hang Tuah Raya No. 9, Jakarta Selatan 12120
0878 8984 8004
http://trafiquecoffee.com/

Monday, February 24, 2014

Tanamera Thamrin

A small coffee shop hidden behind the city's skyscrapers turns out to be one of the best place to do homework.


Our Story:
In the boredom of chain coffee place, a friend of Mama suggested Tanamera. We visited the place right away and arrived on a quiet Sunday afternoon when the crowd was just leaving the place. We sat in the middle, right across the food bar and ordered drinks. Unfortunately, we just came from late lunch so we didn't try the food (next time for sure). Free lemon-infused water are served along with the drinks.