Showing posts with label Central Jakarta. Show all posts
Showing posts with label Central Jakarta. Show all posts

Sunday, May 11, 2025

Lokasi Wisata Sepanjang Busway Koridor 1

Saya bukan pengguna transportasi umum, tapi saya (akhirnya) naik busway. Yang paling sering saya tumpangi adalah busway koridor 1. Selain main dating apps di bis, saya juga senang memperhatikan jalan. Setelah sekian lama absen, dua bulan terakhir ini saya jadi sering naik busway. Parkir di Blok M Plaza, lalu lanjut dengan busway jalan-jalan keliling Jakarta. Ada rasa nostalgia karena jaman masih jadi pegawai kantoran dulu, saya bisa tiap hari naik koridor 1.

Ini adalah tempat-tempat yang bisa dikunjungi dengan naik busway koridor 1. Bukan daftar yang lengkap, karena ini hanya halte yang benar-benar pernah saya kunjungi. Tapi, setidaknya bisa memberi gambaran.


Halte: Blok M/ ASEAN/ Kejaksaan Agung
Tempat tujuan: M Bloc dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu

M Bloc Space adalah daerah kekinian yang populer dengan anak muda saat ini. Bertempat di bekas kompleks perumahan pegawai Peruri, lokasi ini adalah perpaduan unik antara ruang terbuka hijau, toko-toko ritel yang menjual produk lokal dan unik, berbagai pilihan kuliner. Biasanya saya ke sini untuk menghadiri event atau acara komunitas. Tempat ini ramai di akhir pekan atau sore hari sepulang kerja.

Di seberangnya, tepat di bawah stasiun MRT Blok M, ada Taman Literasi Martha Christina Tiahahu. Taman ini adalah ruang publik yang mendorong minat baca dan kegiatan literasi bagi berbagai kalangan. Ada banyak event membaca yang diadakan di amfiteater mini taman ini. Namun, buat saya, taman ini adalah lokasi menunggu busway sambungan ke arah Pondok Labu haha.

Halte: Senayan Bank DKI/ Polda Metro Jaya
Tempat tujuan: GBK

Ini dulu halte favorit, alias sering banget disamperin karena saya pernah jadi mbak-mbak SCBD. Jadi kalau pulang kantor selalu naik koridor 1 dari halte Senayan Bank DKI yang kayaknya dulu bukan ini namanya haha. Begitu juga dengan konser-konser dan acara di area GBK yang mengharuskan saya naik transport umum supaya tidak kena macet pada saat bubarannya.


Dari Halte ini kita bisa ke GBK, yang sekarang ada Hutan Kota. Bisa ke fX Sudirman atau ke area SCBD.

Halte: Bundaran HI Astra
Tempat tujuan: Bundaran HI, Grand Indonesia, Plaza Indonesi
a

Selain tentunya kita bisa ke Bundaran HI, halte ini sering jadi tempat wisata karena adanya sky deck dengan pemandangan Sudirman dan Patung Selamat Datang. Kalau di Google Maps namanya Bundaran HI Viewing Platform. Halte ini juga yang terdekat dari pusat perbelanjaan Plaza Indonesia. Bisa jalan kaki juga ke Grand Indonesia, walaupun kalau ke mall yang ini, atau ke underpass jalan Kendal, saya lebih suka turun di Tosari.

Dibandingkan halte Bundaran HI, saya lebih sering berhenti di Halte Sarinah atau yang sekarang namanya MH Thamrin. Jarak kedua halte ini tidak terlalu jauh, sekitar 750 meter dan kurang lebih 10-15 menit jalan kaki di trotoar nyaman. Di halte MH Thamrin ada pusat perbelanjaan Sarinah dan Jalan Sabang yang terkenal dengan kulinernya.

Halte: Monumen Nasional
Tempat tujuan: Monas, Museum Nasional


Dari Halte Monas, Museum Nasional hanya beberapa menit jalan kaki. Namun, museum ini bukanlah tujuan utama saya sering turun di halte Monas. Dulu, ketika masih sering naik busway, saya biasanya tukar ke Koridor 12 di Halte Kota. Masalahnya Koridor 12 ini sering PHP alias memberikan harapan palsu bahwa buswaynya masih ada. Bus mereka terakhir jam 10 malam, namun terkadang, jam 9.30 sudah tidak ada lagi. Jadi, kalau saya pulang di atas jam 9, saya akan turun di Monas dan tukar ke koridor 2 untuk pindah lagi ke koridor 10, karena kedua koridor itu sampai jam 12 malam.

Bulan puasa kemarin, saya kembali naik busway ini karena ada acara komunitas di Museum Nasional dan ternyata menyenangkan. Dari halte, kita hanya perlu menyeberang jalan, lalu masuk ke museum. Begitu juga dengan ke Monas. Halte ini adalah salah satu yang populer di hari libur, jadi kalau naik busway di akhir pekan, siap-siap tidak kebagian tempat duduk.

Halte: Kali Besar / Museum Sejarah Jakarta
Tempat tujuan: Kota Tua


Kalau turun di Halte Kali Besar, kita bisa foto-foto di toko Merah yang ada di seberang jalan. Kalau turun di Halte Museum Sejarah Jakarta, kita akan melewati daerah ramai depan Stasiun Kota dan langsung menemukan museumnya. Jarak kedua halte ini ke area lapangan di tengah Kota Tua kurang lebih sama.


Halte Kali Besar ini juga adalah tempat kita turun kalau mau pergi ke Museum Bahari. Walaupun jalan kakinya sekitar 1 kilometer dan mendaki gunung melewati lembah, serta menerjang panas terik daerah pelabuhan, tapi masih bisa dijalani.

Menjelajahi Jakarta menggunakan busway koridor 1 adalah pengalaman menyenangkan. Hanya saja, hindari jam-jam padat seperti berangkat dan pulang kantor. Atau hari libur siang-siang. Sebagai pengguna transportasi umum pemula, saya senang dengan Koridor 1 karena punya banyak tempat yang bisa digunakan untuk parkir mobil seperti Blok M atau mall-mall dan hotel di seputaran Bundaran HI.

Bisa dicoba kalau sedang malas menembus kemacetan Sudirman-Thamrin dengan mobil pribadi atau terhalang ganjil-genap sampai tempat tujuan.

Friday, April 18, 2025

Jalan-jalan ke Museum Nasional Indonesia di 2025

Kapan terakhir kali kamu ke Museum Nasional? Jaman sekolah dulu? Waktu kita semua tahunya itu Museum Gajah, atau justru belum pernah sama sekali? Sekarang ini, museum sudah mulai jadi salah satu tujuan wisata murah meriah di Jakarta.

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang paling sering ditanyakan soal kunjungan ke Museum Nasional.

Bagaimana cara ke Museum Nasional?


Buat yang bawa mobil, misalnya saya, ada parkiran basement yang dapat diakses umum. Namun, jumlahnya terbatas. Naik kendaraan umum adalah pilihan terbaik karena Museum Nasional terletak di tengah kota yang banyak aksesnya.


Saya naik busway koridor 1 karena dari arah selatan. Naik jurusan Blok M - Kali Besar (atau yang dulu namanya Blok M - Kota) dan turun di halte Monumen Nasional alias Monas. Halte ini banyak banget pilihan buswaynya. Berbagai koridor berhenti di sana.

Naik MRT juga bisa, tapi berhenti di Halte Bundaran HI lalu lanjut busway juga. Sama aja jadinya. Naik KRL? Bisa berhenti stasiun Juanda lalu lanjut ojek atau ya Busway lagi. Ada banyak cara menuju tempat ini.

(Tonton video perjalanan ke Museum Nasional di akun Tiktok @PandaTravelStory)


Bagaimana cara beli tiketnya?

Tuesday, May 3, 2022

Cerita Pertama Kali Naik MRT Jakarta dan Nostalgia di Sarinah

Duo anak Jaksel coret ini akhirnya pergi nyobain MRT Jakarta. Cerita #Datewithdudu pergi ke tengah kota. Selama ini MRT cuma sekedar kereta lewat, pemandangan ketika menunggu lampu merah di perempatan RS Fatmawati. Sekarang kita berdua jadi penumpangnya. Gimana rasanya naik MRT Jakarta? 


Kita berdua naik dari Bundaran HI ke Lebak Bulus Grab. Harganya 14rb sekali jalan. Buat masuk keluar stasiun bisa pakai e-money dan sejenisnya. Bisa pakai apps juga tapi menyadari beberapa stasiun ada di underground yang sulit sinyal, sepertinya pakai kartu lebih aman. Jangan lupa scan Peduli Lindungi saat masuk stasiun, pakai masker dan menghindari berbicara di dalam kereta untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Keretanya ada setiap 10 menit di hari libur dan setiap 5 menit di hari kerja.


Akhirnya naik MRT berdua (kalo Panda dihitung jadi bertiga)

Keretanya nyaman dan bersih. Jadi senang naiknya. Bisa lihat Jakarta dari sudut pandang berbeda. Oh iya, MRT ini underground sampai Senayan lalu baru bisa liat pemandangan menjelang stasiun ASEAN. Yang jadi masalah kalau naik MRT adalah hujan. Karena kebanyakan dari pintu masuk dan keluar MRT belum tersambung dengan mall atau gedung, jadi bawa payung untuk jaga-jaga kalau disambut hujan deras di pintu keluar.

Monday, April 18, 2022

Satu Jam Menyepi, Siang Hari di Toko Kopi Maru

“Coffee atau Non-Coffee?”
Tadinya mau pesan Americano atau black coffee standard, tapi saya keburu ke-distract sama tulisan Brazil di toples pilihan jenis kopi. Lalu ada beberapa alat manual brew juga di sana. Jadi pilihan saya jatuh pada kopi Brazil dengan V6. Panas. Soalnya mau mencoba rasa kopinya.


 

Perjalanan ke Kopi Maru ini sedikit impulsive, soalnya saat itu saya sedang duduk manis makan roti bakar di coffee shop lain di daerah Juanda. Sambil menunggu teman janjian makan siang selesai Misa Paskah. Niatnya journaling, tapi kok moodnya berantakan. Lalu saya ingat, ada satu teman yang pernah mengajak saya ke Kopi Maru. Masalahnya kalau dilihat di google, tempat kopi ini tutupnya pas maghrib. Plus tidak ada parkir mobilnya. Teman saya kalau ke sana pakai sepeda. Lah saya bagaimana?

Jadi, sambil bengong-bengong dilemma di cafe pertama, saya memutuskan untuk mencoba jalan kaki ke Kopi Maru. Toh, mobil sudah terlanjur parkir di depan ruko sekitaran situ dan bulan puasa siang-siang seharusnya daerah Pintu Air lumayan sepi. Kalau dari arah Stasiun Juanda, belok di setelah deretan ruko Raffles Square, masuk ke arah Passer Baroe. Dari situ saya berjalan kaki mengikuti maps, lalu melewati Restoran Hakka dan belok ke kiri. Tapi bukan ke gang. Pertamanya nyasar masuk ke gang, karena saya pikir Toko Kopi Maru ini ada di gang kecil di Jl. Pintu Air II, ternyata bukan.

Tetap jalan sampai bertemu tempat Bimbel dan plang penjahit baju. Meskipun bagian depannya tampak seperti ruko, bagian dalamnya adalah rumah penduduk. Nah, di rumah paling ujung itulah ada Toko Kopi Maru.


Istilah kekiniannya, “hidden gem”. Meskipun sebenarnya muat masuk mobil ke sana, tapi saya akan lebih memilih parkir mobil di sekitar situ lalu berjalan kaki ke dalam. Ada dua bagian, di luar rumah dan di dalam rumah. Di dalam rumah hanya ada 2 meja yang bisa untuk 6 orang. Di luar jauh lebih luas tapi panas kalau siang hari. Kebanyakan orang duduk di luar karena smoking area juga. Saya sih duduk manis di dalam dan mencoba lagi peruntungan journaling.

Kopinya enak, yang saya pesan harganya 35k. Toko Kopi Maru juga menjual biji kopi seharga 100k-120k per bungkusnya. Maybe next time ke sana, kalau pas stock kopi di rumah habis, mau mencoba beli.

Sayangnya, saya nggak bisa stay lama karena teman janjian sudah selesai Misa dan mengirimkan pesan sedang on the way menuju tempat makan. Oh well, sekarang sudah tahu tempatnya, sudah tahu jam sepinya, jadi bisa mampir kalau ingin mencari kesunyian di siang hari. Next time harus inget untuk pesan singkong gorengnya juga.

Toko Kopi Maru
33, Jl. Pintu Air Raya No.33, RT.13/RW.8, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710