Wednesday, February 26, 2025

Mau Traveling Bareng Anak, Mulai Dari Mana?

“Gue mau dong kayak lo gitu, bisa jalan bareng anak.”
Kalimat ini sering saya dengar kalau saya pulang jalan-jalan sama Dudu. Kayaknya seru. Adventurous. Namun, biasanya tinggal niat semata dari yang mengungkapkan keinginannya. Soalnya, (ini kata mereka lho), “ternyata ribet ya traveling sama anak.”

Ya, memang nggak se-simple solo traveling, tapi juga bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Hanya saja kita butuh persiapan ekstra.

Lumphini Park, Bangkok (2018)

Creating a Good Journey


Yang memutuskan apakah sebuah perjalanan adalah good journey adalah kita sendiri. Dalam hal ini, saya dan Dudu. Jadi, traveling bersama anak itu dimulai dari alasan dan tujuannya. Buat apa? Tanyakan pada diri sendiri, kenapa mau jalan-jalan. Semua alasan valid lho. Baik yang hanya mau buat content, FOMO sama postingan teman, atau yang mau creating memories sama anak, dan cari alasan buat ke theme park. Tapi, keberadaan alasan ini penting, karena akan menentukan seperti apa perjalanan kita bersama anak.

Contohnya begini. Saya mau ke Korea bersama Dudu, tujuannya adalah melihat salju dan artis Kpop. Sudah, begitu saja tujuannya. Lalu, dari dua kata itu: “salju” dan “artis K-pop”, kita mulai membangun itinerary. Misalnya, karena mau lihat salju berarti perginya harus musim dingin. Lalu, karena mau lihat artis K-Pop, kita harus masukkan cafe milik artisnya, atau lokasi gedung agency sebagai tujuan wisata.

Salju di Korea (2018)

Setelah tahu mau pergi kapan dan ke mana, baru kita siapkan apa yang mau dibawa. Hal ini sedikit tricky karena setiap rentang usia anak memiliki daftar bawaan berbeda. Membawa bayi yang masih pakai popok tentunya berbeda dengan traveling bersama anak toddler yang hobi mencoba makanan baru. Anak remaja tentunya punya agenda tersendiri, dan sudah bisa diajak diskusi tentang itinerary. Yang tetap sama adalah masalah rasa. Pengalamannya gimana? Adakah yang berkesan yang bisa jadi memori untuk kita berdua? Misalnya ini pengalaman pertama anak naik pesawat atau nyasar di negara orang. Berapapun umur anaknya, pasti ada feeling yang bisa di-share atau dibawa pulang dari perjalanan.

Memilih Tujuan yang Tepat Sesuai Usia Anak


Tujuan di sini bukan nama kota. Yang dipilih adalah kegiatannya. Mau melihat apa atau mengerjakan apa. Lalu mulai planning dari sana.


Usia 0-1 tahun

Waktu Dudu masih bayi, tujuan saya jalan-jalan kebanyakan taman dan playground. Anaknya masih banyak di stroller, sering tidur siang dan tidak banyak complain kalau saya gotong-gotong ke tujuan wisata yang merupakan itinerary pribadi saya. Yang penting, diantara satu museum dan museum lainnya, saya selipkan playground. Tapi, karena bawa stroller, diaper bag, susu formula, termos dan lain sebagainya, kalau mau ke cafe, harus cari yang muat buat bawa perlengkapan perang emak-emak ini masuk.

Singapore Science Center (2007)

Usia 2-4 tahun

Usia rawan protes, anak sudah bisa jalan dan sering tidak sabaran. Untungnya adalah, anak usia segini sudah bisa makan dan kita bisa beli susu UHT di supermarket. Jadi, gembolan sudah tidak seperti pindah rumah. Kebun binatang atau taman bermain yang mengakomodasi anak kecil, museum ramah anak dan pet cafe bisa jadi tujuan. Kalaupun mau menyelipkan agenda pribadi, pastikan yang punya sesi interaktif dan ada area yang kids friendly.

Biasanya habis itu saya diprotes, “kalau cuma begini aja, ngapain jauh-jauh traveling?” Kebun binatang di kota sendiri sama aja dengan kebun binatang di kota sebelah. Macannya juga sama belangnya. Yah, namanya juga liburan ganti suasana kan. Meski menurut saya, membandingkan Singapore Zoo dengan Kebun Binatang Ragunan itu tidak fair. Haha.

Kebun Binatang Surabaya (2010)

Usia 4 - 9 tahun

Ketika Dudu sudah lebih besar, packing sedikit lebih mudah. Dudu membawa barang yang dia mau tapi kita tetap satu koper, karena tidak mungkin bawa anak dalam gendongan sambil membawa dua koper. Di sini, banyak masalah mulai terjadi karena anak sudah mulai punya maunya sendiri. Bisa jadi, itinerary yang sudah disusun, buyar di tengah jalan karena anak tiba-tiba mau ke pantai. Atau batal ke satu cafe karena kelamaan main salju. Yang jelas, memilih destinasi jangan maksa. Kalau memang tujuan wisata yang terkenal ini tidak kids-friendly, ya jangan maksa ke sana. Sesuaikan dengan umur anak.

Apalagi kalau ke theme park yang punya peraturan minimum tinggi badan untuk naik atraksi.

Di usia ini juga, biasanya kita sudah mulai mengenal anak. Apakah anak sanggup naik mobil lama, atau justru mabuk darat? Apakah anak tipe bosenan, yang kalau diajak naik pesawat lebih dari 7 jam bisa mengamuk karena bosan? Begitu juga dengan makanan. Kalau usia batita, makanan masih bisa bawa sendiri atau bahkan bisa beli MPASI di supermarket. Anak yang sudah lebih besar biasanya sharing makanan dengan orang tuanya. Yang namanya jalan-jalan pasti termasuk mencoba makanan setempat. Pilih destinasi yang memang anak familiar dengan makanannya.

Singapore MRT (2016)

Usia 10 - 13 tahun

Anak usia pra-remaja biasanya lebih kuat diajak jalan kaki. Sudah bisa sibuk sendiri, sudah senang selfie dan biasanya bahkan sudah bisa naik transport umum sendiri. Usia Dudu 12 tahun ketika dia jalan-jalan keliling Bangkok sendiri, sementara saya ikutan training dari kantor. Sudah bisa diberi tanggung jawab.

Coba ajak hiking, atau melakukan perjalanan alam misalnya backpacking ke Ujung Kulon.

Dengarkan saran sekitar tapi jangan biarkan hal tersebut merubah itinerary kalau memang bukan tempat yang kita ingin datangi. Ingat, semua harus sparks joy!

No comments:

Post a Comment

Thanks for stopping by. Please do leave your thoughts or questions, but we appreciate if you don't spam :)