Jam berangkat yang kurang manusiawi. Jam mendarat yang terlalu malam, jadi MRT sudah tutup. Waktu transit yang kurang dari 12 jam. Tiga hal itu yang biasanya menjadi alasan saya untuk menginap di hotel airport. Selain tentunya karena saya bawa balita.
Tapi emang worth it?
Pertama kali menginap di Changi, saya dan Dudu (yang waktu itu masih 2 tahun) hendak berangkat ke Amerika dan mendapatkan fasilitas menginap di Ambassador Transit Hotel dari maskapainya. Keberangkatan subuh (check-in jam 4 pagi) dari Changi naik United Airlines, membuat kita wajib datang ke Singapore malam sebelumnya.
Yang kedua baru beberapa tahun lalu ketika kami sekeluarga traveling ke Penang. Dapat pesawat jam 8 pagi ke Penang, jadi malamnya berangkat ke Singapore lalu overnight di Changi. Hemat cuti satu hari juga jadinya haha.
Kalau traveling sendirian, tentu saya memilih tidur di kursi-kursi yang tersebar di sudut airport untuk istirahat. Karena traveling sama Dudu, mencoba hotel airport terdengar lebih nyaman. Selain itu kita butuh tidur dengan benar karena baru berangkat liburan. Lain cerita kalau sudah mau pulang dan bisa tidur di rumah.
Di kesempatan kedua ini say menginap di Aerotel Singapore Transit Hotel, terminal 1 Changi Airport. Hotelnya bersih dan kamarnya termasuk luas. Lebih nyaman dari hotel dan hostel tempat saya menginap di kota. Hanya saja harganya memang mahal karena transit hotel harganya per-jam. Ada yang per-6 jam ada yang per-12 jam. Harga kamar 6 jam yang saya bayarkan kurang lebih sama dengan harga satu malam di hotel biasa di derah Bugis atau Lavender.
Jadi kenapa tetap menginap di hotel transit?
Enaknya ya kita tidak perlu keluar imigrasi, naik taksi ke kota dan kembali lagi besok paginya. Hemat tenaga. Kalau mau dihitung biaya transportasi dan keribetan yang terjadi saat membawa anak malam-malam, menginap di hotel transit jadi lebih praktis.
Tidur di hotel airport memaksa kita benar-benar istirahat. Bisa mandi, bisa ganti piyama dan tidur di Kasur empuk. Hotelnya bukan hotel kapsul jadi kamarnya pun luas dengan kamar mandi dan bathtub. Bangun pagi untuk berangkat lagi juga jadi refresh. Meskipun Changi termasuk aman, tidur di kamar tertutup lebih nyaman daripada di kursi terbuka yang tidak tahu di sebelahnya ada siapa.
Selain itu, karena kamarnya bayar, saya tidak mau rugi dan benar-benar memanfaatkannya untuk istirahat.
Yang seru, saat membuka jendela yang hanya bagian kecil di pojokan kamar itu, saya melihat pesawat Singapore Airlines berbaris rapih dengan garbarata menempel. Pemandangan langka dari jendela kamar yang membuat Dudu bukannya tidur malah bolak-balik ke jendela.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat kita booking hotel transit ini.
Pastikan bahwa hotel yang di-booking berada di dalam Changi, transit area sebelum imigrasi. Soalnya hotel yang sama juga biasanya punya kamar di departure/arrival area yang ada setelah imigrasi. Selain itu, perhatikan lokasinya di terminal berapa. Lumayan juga kalau malam-malam harus naik kereta dulu ke terminal sebelah hanya karena kita salah pilih lokasi. Yang terakhir, ada baiknya memberi tahu pihak hotel kalau terjadi delay. Hitungan 6 jam memang berlaku saat kita check-in, tapi saya rasa it’s a good courtesy to inform that we’re going to be late.
Terlepas dari untung rugi menginap semalam di dalam Changi Airport, Aerotel Singapore Transit Hotel ini servicenya bagus. Resepsionisnya sopan, kamarnya bersih dan hotelnya dingin. Overall, saya tidak ada keluhan apa-apa dan dengan senang hati akan memberikan bintang 5. Dudu senang banget dapat kesempatan menginap di sini. Tapi jangan sering-sering lah ya. Hahaha.
Our date is at:
Aerotel Singapore Transit Hotel
Above Gate D41, Level 3, Departure/Transit Area Terminal 1,
Changi Airport Singapore
wah nyaman banget ya
ReplyDeleteseumur2 aku traveling, dengan keluarga atopun temen, baru sekali nginep di hotel transit, tp itupun hrs kluar imigrasi. hanya saja masih di bandara. Pas di Klia 2, nginep di tune hotel. itu krn udh capeeek byanget, karena baru balik 2 minggu dari jepang dan korea. jd pas transit di malaysia, lgs nginep di hotel.
ReplyDeletepadahl sebelum2nya, even pas pergi ke HK dan jepang dgn anak yg baru 3.5 thn, kami lbh milih nginep di bandara :D. Anakku tidur di kursi pijit Changi. pas di osaka malah enak, ruang tunggunya disediain sofabed yg beneran utk tidur, diksh selimut pula.
Jd kalo msh bisa ato kuat tidur di bandara, aku lbh milih itu :D