Friday, April 11, 2025

Bangkok Beyond Shopping

Itinerary ini berawal dari obrolan dengan emak-emak lain soal apa yang harus dilakukan kalau ke Bangkok bersama anak cowok. Yang biasanya terjadi di keluarga teman-teman saya adalah: Mama dan anak cewek shopping, Papa dan anak cowok di hotel atau berenang atau di cafe. Nah, kalau perginya Mama berdua anak cowok doang, mau ngapain ya?

Saya diskusi sama Dudu, soal apa yang dia mau lakukan di Bangkok. Dudu selalu pengen cruise, dan Chao Phraya ada river cruise yang lumayan terjangkau. Dudu juga senang ikut cooking class, bisa dong kita cari di Bangkok. Lupakan sejenak pusat perbelanjaan yang ramai dan pasar malam yang semarak, kita punya rencana lain di ibu kota negara gajah putih ini.

Ini adalah perjalanan kami sebelum pandemic Covid


Thai Cooking Classes


Ide ini datangnya random. Saat itu, Dudu sedang senang-senangnya ikut kelas masak di Jakarta. Ada kids cooking class yang secara rutin kita ikuti. Jadi, kenapa nggak di Bangkok juga? Kami menemukan Bangkok Thai Cooking Academy menggunakan nearby dari hotel tempat tinggal di Klassique Sukhumvit Hotel. Lokasi Cooking Class ini ada di antara hotel dan BTS On Nut. Wah, pas nih! Kami mendaftar Beginner Cooking Classes yang memasak 5 jenis masakan Thailand per orang, termasuk curry dan nasi goreng. Harganya 1,200 THB per orang, jadi sekitar Rp. 450,000. Masakan yang dipilih bisa dibawa pulang.

Kelas dimulai dengan kunjungan ke pasar lokal, untuk belajar tentang bahan-bahan segar yang digunakan dalam masakan Thailand, seperti rempah-rempah, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Peserta yang bertemu di depan Plaza Sukhumvit akan diajak ke pasar yang terletak dekat dengan lokasi Bangkok Thai Cooking Academy. Dari situ, barulah kita masuk kelas dan mulai masak.




Satu kelas ada sekitar 8 - 10 orang, kebanyakan orang asing terutama dari Eropa. Setelah dikenalkan bumbu dapur, kita diajak menggiling bumbu kari. Iya, semuanya dibuat secara manual dengan ditumbuk, diulek atau digiling. Tenang saja, kalau tidak sanggup, akan dibantu oleh para asisten chef yang sudah ekspert di bidangnya. Hanya saja, karena ketahuan dari Indonesia, malu dong kalau terlihat tidak bisa ngulek bumbu. Hahaha.

Kelas memasak yang memakan waktu 3-4 jam itu berakhir dengan makan siang bersama. Saya dan Dudu memilih menu yang berbeda agar bisa saling mencicipi. Yang tidak bisa di makan di tempat, boleh dibawa pulang untuk dimakan di rumah atau di hotel. Pengalaman hands on seperti ini bisa jadi alternatif shopping atau pergi ke tempat wisata saat mengunjungi suatu daerah.



River Cruise di Chao Phraya 


Salah satu impian jalan-jalan Dudu, yang belum kesampaian hingga sekarang, adalah pergi cruise. River Cruise di Bangkok menawarkan cara unik dan mempesona untuk menikmati kota dari perspektif yang berbeda. Ada beberapa jenis cruise yang ditawarkan, dan yang kita ambil adalah Dinner Cruise. Cruise yang berlayar setelah matahari tenggelam ini menggabungkan dengan makan malam prasmanan, yang sering kali menyajikan masakan Thailand dan internasional, dengan pemandangan landmark terang benderang di sepanjang sungai pada malam hari. Landmark yang dilewati termasuk Wat Arun, The Grand Palace, Rama VIII Bridge dan hotel-hotel yang berderet sepanjang sungai.


Berangkat dari IconSiam atau Asiatique Shopping Center, Chao Phraya Princess Cruise yang kita naik ini sebenarnya berbeda dengan cruise yang ada di bayangan Dudu. Durasi cruise ini hanya 2 jam, dengan harga sekitar 400,000 per orang. Kita dapat tempat duduk di samping jendela, duduk berhadapan seperti romantic dinner. Pengalaman singkat namun berkesan ini membuktikan bahwa kemewahan dan romantisme tidak selalu harus datang dengan durasi yang panjang.


Blusukan Mencoba Boat Noodle Dan Coffee

“Pokoknya lo turun di BTS Victory Monument, terus deket situ ada kayak banyak warung jualan Boat Noodle di pinggir kali. Nah, masuk ke situ, jalan lurus sampai mentok. Boat Noodle yang enak ada di paling ujung. Terus, penjualnya nggak bisa bahasa Inggris jadi pesannya tunjuk-tunjuk aja.” Berdasarkan petunjuk itu, entah bagaimana, sampailah saya di kios Boat Noodle yang dimaksud. Kalau dicari di peta tidak ketemu karena alamat gmapsnya pakai tulisan Thailand, tapi bisa pakai patokan Boat Noodle Alley atau Noodle Market.




Blusukan itu menyenangkan karena berpetualang ke luar area ini memberikan perspektif kehidupan sehari-hari penduduk kota di mana kita bisa melihat bagaimana mereka hidup, bekerja, berbelanja, dan bersosialisasi. Bayangkan berjalan sepanjang kios Boat Noodle, melihat cara mereka memasak makanan, obrolan antar penjual (yang saya tidak paham itu) dan interaksi antara warga lokal yang kebetulan ada di sana. Padahal tujuannya hanya makan mie. Selain pengalaman dan suasana, restoran di sini cenderung menyajikan masakan tradisional dengan harga lokal yang ramah kantong.




Dari makan Boat Noodle, blusukannya lanjut. Ketika membuka Nearby di peta, saya menemukan nip cafe - Phahonyothin 2/1 yang hanya sekitar 10 menit jalan kaki dari lokasi restoran. Mengikuti peta, ternyata tempat ini adanya di parkiran sebuah apartment. Tempatnya kecil, dan hanya menyediakan kopi. Coffee shop-nya banyak kucing, pemiliknya ramah dan senang mengobrol. Bahasa Inggrisnya bagus, jadi saya bisa ngobrol banyak sama pemiliknya.



Jadi, meskipun Bangkok terkenal sebagai surganya belanja, ternyata kota ini punya segudang cara lain yang seru dan berkesan untuk dinikmati. Apalagi kalau traveling-nya bareng anak cowok yang lebih tertarik sama pengalaman baru dan petualangan rasa. Libatkan anak dalam mengatur itinerary sehingga pas jalan-jalan kita bisa lebih enjoy. Perjalanan ke Bangkok kali ini sukses memberikan kami memori liburan yang nggak cuma asyik tapi juga berkesan.

No comments:

Post a Comment

Thanks for stopping by. Please do leave your thoughts or questions, but we appreciate if you don't spam :)